Rabu, 23 April 2014

MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU BATAK

KATA PENGANTAR

 

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang kebudayaan suku batak.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Maka dari  itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan Makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

 

Indonesia,...................

Penulis

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB   I   PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

B.  Rumusan Masalah

C.  Tujuan

BAB   II  PEMBAHASAN

A.  Sejarah Suku Batak

B.  Letak Geografi Suku Batak

C.  Bahasa Suku Batak

D.  Baju Adat Suku Batak

E.   Sistem Kepercayaan Suku Batak

F.   Sistem Kekerabatan Suku Batak

G.  Bentuk Kesenian Suku Batak

H.  Makanan Khas Suku Batak

I.     Rumah Adat Suku Batak

BAB  III  PENUTUP

A.  Kesimpulan

B.  Saran

DAFTAR PUSTAKA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara utuh, naluri yang tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala bentuk yang membuat manusia itu hidup tertata dalam masyarakat adalah budaya itu sendiri yang dimana setiap manusia wajib melestarikan budaya demi kesejahteraan dalam hidup bermasyarakat. Dengan melestarikan budaya nasional, warga Indonesia mampu mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang bersumber terhadap keselarasan jiwa setiap masyarakatnya, untuk itulah manusia yang ideal harus menganggap budaya sebuah hal yang intens.

Dari berbagai definisi budaya yang terbilang banyak, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata (konkrit), misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Dalam makalah ini akan dibahas yakni sistem sosial budaya suku batak  dalam konteks hidup dan perkembangan atau ciri khas mereka.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan sistem kepercayaan suku batak ?

2.      Bagaimana bentuk sistem kekerabatan suku batak ?

 

C.     Tujuan

1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem sosial budaya batak.

2.      Memenuhi tugas IPS.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.     Sejarah Suku Batak

Versi sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.

Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari suatu bangsa atau suku bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang akan menjadi perhatian, atau dengan kata lain bahwa adat lah yang menonjol didalam mempelajari atau mengetahui kebudayaan satu suku bangsa, meskipun aspek lain tidak kalah penting nya seperti kepercayaan, keseniaan, kesusasteraan dan lain-lain .

BATAK merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengindentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Timur dan di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan Animisme (disebut juga sipelebegu atau parbegu), penganut kedua kepercayaan ini saat ini sudah semakin berkurang.

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia  namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam.Pada abad ke-6 pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus,di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan.Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

 

B.     Letak Geografi Suku Batak

Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara ke Selatan. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan daratan tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, toba, Mandailing dan tapanuli tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah sumatera utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang sangat terpenting untuk sumber mata pencaharian buat masyarakat sekitarnya. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa kabupaten atau bagian dari sumatera utara.Yaitu  Kabupaten Karo, simalungun, dairi, tapanuli utara dan dairi. Danau Toba dianggap sebagai simpul pemersatu areal tanah yang didiami individu-individu maupun kelompok etnis Batak Toba ini,yang keadaannya berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan air laut.

Danau ini terbentuk dari vulkanik gunung merapi yang hasil letusannya membentuk sebuah bentuk danau, yang letusannya berdampak menyemburkan kawah yang kemudian dipenuhi oleh debit air yang sangat besar. Danau Toba ini adalah salah satu kebanggaan masyarakat Batak Toba sebagai danau yang sangat bermanfaat untuk sumber kehidupan dari hasil yang ada di dalam danau ini, seperti suber air bersih, ikan-ikan dan sebagai aset pariwisata karena pemandangannya yang menawan di sekitar danau ini.Di tengah-tengah danau tuba ini terdapat sebuah pulau yang dinamakan Pulau Samosir (menurut sejarah sesungguhnya dahulu tidak benar-benar terpisah dengan dataran disekeliling Danau Toba artinya tidak benar-benar sebagai sebagai sebuah pulau).Masyarakat Batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras, berani, jujur dan pantang menyerah. Keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik selalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai impian,seorang pemuda atau pemudi batak harus bersedia meninggalkan kampung halaman tercinta untuk merantau ke negeri/daerah orang yang jauh. Akan tetapi kerinduan akan kampung halaman masih akan selalu melekat di hati. Tak heran saat ini banyak orang Batak  yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh penjuru dunia.

 

C.     Bahasa Suku Batak

Sistem tradisi penulisan didalam bahasa Batak diduga telah ada sejak abad ke-13, dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara Jawa Kuna, melalui aksara Sumatera Kuna. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang atau tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf. Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa Batak Toba, misalnya orang Batak Toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang Batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa Batak Toba.

 

D.    Baju Adat Suku Batak

Baju adat batak  adalah ulos. Ulos dipergunakan di semua acara adat, meskipun untuk pemakaiannya tiap ulos memiliki aturannya sendiri. Ulos itu dapat dipadukan dengan pakaian modern, misalnya jas atau dipadukan dengan kebaya. Sebagai baju adat batak toba, ulos juga dapat dikombinasikan dengan sortali.

Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota. Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali digunakan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri.

Ulos itu sendiri sebenarnya tidak hanya berupa kain tenun, tapi dapat juga berupa tanah (ulos na so ra buruk), uang (ulos tonunan sadari atau berupa makanan dan doa restu. Sebagai baju adat batak toba, maka ulos yang berupa kain tenun (ulos herbang)

 

E.     Sistem Kepercayaan Suku Batak

Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional Batak adalah kepercayaan terhadap Mulajadi Na Bolon yang dipercayai oleh orang Batak sebagai dewa tertinggi mereka pencipta 3(tiga) dunia:

·        dunia atas (banua ginjang)

·        dunia tengah (banua tonga)

·        dunia bawah (banua toru)

Manusia dipercaya hidup di tengah, tidak terpisah dari alam, manusia satu dengan kosmos. Adat memimpin hidup manusia perseorangan, sedangkan masyarakat adalah simbol ketertiban kosmos. Tiga golongan fungsional dalam masyarakat adat Batak yang disebut Dalihan Na Tolu dipercaya sebagai refleksi kerjasama ketiga dunia itu. Dalam sistem adat istiadat orang Batak dikenal adanya Dalihan na Tolu yang berarti Tiga nan Satu. Tiga unsur penting dalam sistem kekerabatan masyarakat berdasarkan asas Dalihan Na Tolu berlaku secara umum dalam semua sub suku walaupun berbeda-beda dalam penamaannya, saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dalihan Na Tolu berasal dari kata ”dalihan” yang berarti tungku dan ”na tolu” artinya nan tiga. Tungku nan tiga melambangkan terdapat tiga buah batu sebagai tungku yang menopang kuali (lambang kehidupan sehari-hari). Hal ini mencerminkan kehidupan sehari-hari orang Batak Toba  yang ditopang oleh prinsip Dalihan Na Tolu. Sistem Dalihan Na Tolu menentukan kedudukan, hak dan kewajiban orang Batak dalam lingkungannya. Dalam sistem masyarakat orang Batak Toba ketiga unsur ini digambarkan sebagai Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Prinsip Dalihan Na Tolu memiliki kaitan erat dengan sistem marga dan silsilah. Seorang anak harus mengetahui asal-usul klan marga keluarganya dan juga urutan silsilahnya sehingga setiap orang dapat menempatkan diri dengan baik dalam tatanan pergaulan di masyarakat. Salah satu contoh penerapan prinsip Dalihan Na Tolu ini dapat dilihat dalam penggunaan ulos yang erat kaitannya dengan kehidupan adat orang Batak Toba maupun sub suku Batak Toba dan juga lainnya. Dalam masyarakat Batak Toba pemberian ulos ditujukan sebagai perlambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani dan hanya digunakan pada upacara khusus.

 

F.      Sistem Kekerabatan Suku Batak

Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan baik antara individu dengan individu ataupun individu dengan masyarakat lingkungannya. Dari sistem ini biasanya bersumber masalah lain dalam sistem kemasyarakatan, seperti sistem daur hidup, kesatuan hidup setempat dan stratifikasi sosial. Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak Toba berdiam di daerah pedesaan yang disebut huta (kampung). Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga. Marga (klan) tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga yang membentuk sebuah klan kecil. Klan kecil tadi merupakan kerabat patrilineal (garis keturunan ayah) yang masih berdiam dalam satu kawasan  areal yang menciptakan sosial budaya. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu :

·        perbedaan tigkat umur

·        perbedaan pangkat dan jabatan

·        perbedaan sifat keaslian

·        status kawin.

Pada umumnya perkawinan Batak adalah monogami. Tetapi karena faktor keturunan laki-laki dianggap penting membawa garis keturunan, maka apabila sebuah keluarga di dalam perkawinan belum mempunyai anak laki-laki sering sekali terjadi poligami yang tujuannya agar garis keturunan yetap berlanjut. Perkawinan sangat erat kaitannya dengan keluarga, sedang perceraian sangat jarang terjadi dan sejauh mungkin diusahakan jangan sampai terjadi. Hal ini terjadi karena adat. Bila seorang istri yang  diceraikan suaminya cenderung tidak akan mempunyai hubungan lagi dengan keluarga laki-laki baik anak sendiri, maupun keluarga lain. Berpoligami sebenarnya sangat tidak diinginkan di dalam status sosial pada masyarakat Batak. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang berpoligami itu selalu kurang mendapat penghargaan dari masyarakat sekitar dan juga status sosialnya dianggap kurang baik.Pandangan masyarakat Batak  bahwa anak (laki-laki dan perempuan) merupakan harta yang paling berharga baginya di dalam keluarga. Hal ini dapat di lihat dari semboyan di masyarakatnya yaitu anakhonki do hamoraon di au  (anak adalah kekayaan yang dimiliki). Keturunan-keturunan dari orang yang berpoligami dalam kenyataannya lebih banyak menderita karena percekcokan antara anak pihak istri yang pertama dengan pihak istri kedua. Dengan demikian pada prinsipnya masyarakat Batak Toba tidak menginginkan adanya poligami dari pihak suami , kecuali jika tidak ada keturunan, apalagi tidak mempunyai keturunan laki-laki yang dianggap anak laki-laki merupakan penerus kesinambungan secara genetika

 

G.    Bentuk Kesenian Suku Batak

Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi seni musik, seni sastra, seni tari, seni bangunan dan seni kerajinan tangan. Walaupun bagaimana sederhananya sesuatu suku bangsa di dunia ini, mereka pasti terlibat dengan jenis-jenis seni tersebut. Seni-seni ini pun merupakan seni yang dimiliki desa Lumban Gaol.

Seni Sastra

Pada masyarakat Batak Toba terkenal cerita Si Boru Tumbaga dan terjadinya Danau Toba. Bahwa ceritra Si Boru Tumbaga ini menggambarkan perbedaan antara anak laki-laki dan wanita yang masih tumpang, terutama dalam hal hak waris. Cerita terjadinya Danau Toba menggambarkan bahwa seseorang yang melanggar janji akan dikutuk. Kutukan itu datangnya dari Tuhan berupa keajaiban atau dalam bentuk yang lain.Sastra Batak, khususnya cerita rakyat dalam bahasa Toba disebut turi-turi. Masyarakat Batak dikatakan kaya raya akan dongeng-dongeng. Cerita seperti ini masih populer, khususnya oleh para nenek-nenek terhadap cucu-cucunya ataupun orang tua terhadap anak-anaknya pada waktu senggang. Seni sastra ini dapat diungkapkan berupa umpama (pantun). Bentuknya sama  dengan pantun Melayu, berbaris empat, mengandung sampiran dan sajaknya adalah ab-ab. Pantun Batak bermacam-macam jenisnya menurut isinya. Ada pantun yang biasa dipergunakan pada pidato-pidato, dalam upacara-upacara hukum adat dan ada pula yang mengenai percintaan antara muda-mudi.Tonggo-tonggo adalah ucapan yang disusun secara puitis dan biasanya diungkapkan pada waktu mengadakan upacara-upacara rituil. Adakalanya kalimatnya panjang-panjang, isinya penuh mengandung gaya bahasa yang indah dengan aliterasi dan praktisme. Pada umumnya jarang orang yang bisa mengucapkan hal tersebutdan hanya orang-orang tertentulah yang mengetahuinya. Teka-teki yang singkat dalam bahasa bahasa Batak Toba disebut huling- hulingan. Kalau teka-teki itu memerlukan jawaban, berupa ceritra dinamakan torkan- torkan. Hal ini umpama oleh para orang tua terhadap anak-anak.

Seni Musik

Musik adalah suara yang dapat memuaskan perasaan dan menggembiakan isi jiwa (ekspresi). Kesenian khususnya dalam bidang seni musik telah mengalami perkembangan yang pesat di dalam masyarakat Batak. Biasanya pada waktu habis panen berbagai desa di daerah Batak selalu dikunjungi oleh opera-opera Batak. Dalam upacara-upacara adat yang besar selalu dibunyikan gondang sebangunan yaitu seperangkat musik tradisional Batak. Musik tradisional Batak boleh dikatakan kaya dalam bunyi-bunyian, di samping gong (ogung) trum (taganing dan gordang) dan klarinet (serunai), juga dikenal garantung (sejenis taganing dari kayu), hasapi (kecapi), sordam (sejenis seruling tapi diembus dari ujung), sulim (seruling), tuila (dari bambu kecil pendek dan diembus pada bagian tengah), dll.

Seni Tari

Seni tari (tor-tor) adalah ekspresi gerakan yang estetis dan artistik akan menjelma dalam yang teratur, sesuai  dengan isi irama yang menggerakan. Gerakan teratur ini dapat dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun berkelompok. Tarian perorangan misalnya yang berhubungan dengan ritus. Tarian tunggal panaluan, dimana sang dukun menari, berdoa dan sambil memegang tongkat sihir tersebut. Tarian bersama dalam upacara-upacara adat menurut tradisinya merupakan tarian dari masing-masing unsur Dalihan Natolu pelaku gerakan tortor ini. Karena ketiga unsur ini secara fungsional dalam masyarakat bersama-sama  mendukung upacaranya.

Biasaya bentuk tarian ketiga unsur Dalihan Na Tolu ini, adanya pemimpin tortor yang mengatur gerakan yang sesuai dan selaras dengan pola gerakan etika di dalam tortor.

Seni Bangunan dan Ukir-ukiran

Rumah adat tradisional Batak terbuat dari kayu dengan tiang-tiang yang besardan kokoh. Atapnya terbuat dari bahan ijuk dan bentuk atapnya adalah melengkung. Di ujung atap bagian depan terdapat tanduk kerbau. Pada umumnya rumah-rumah adat Batak selalu dihiasi dinding depan dan samping. Dengan berbagai macam atau ornamen, yang terdiri dari warna merah, hitam dan putih. Merah melambangkan benua tengah, hitam melambangkan benua atas dan putih melambangkan benua bawah. Sekarang ini, rumah adat tradisional sudah mulai menuju kepunahan dari daerah Batak.

Seni Kerajinan Tangan (Ulos)

Seni kerajinan tangan khususnya ulos selalu dikaitkan dengan angka, warna, struktur sosial, religius yakni tiga, lima, hitam dan putih, atas tengah dan bawah dan segi tiga, garis tiga, manunggal dan lain sebagainya. Setiap ulos mempunyai pola dasar tertentu dan berdasarkan itulah namanya disebutkan, sesuai rencana pemula dari yang mengerjakan. Ulos dipergunakan pada waktu upacara, kepercayaan dan adat istiadat serta belakangan ini bernilai ekonomis (sebagai mata pencaharian). Pada setiap ujung pangkal ulos terdapat rambu, yakni benang yang dipintal (dipulos) berjumlah sepuluh atau lima tergantung besar benangnya. Antara badan ulos dan rambu selalu dibuat sirat (corak) sebagai hiasan untuk memperindah, juga berfungsi untuk menyatukan ulos itu sendiri agar benang-benangnya jangan lepas. Pada bagian tengah ada juga hiasan lukisan yang bertempel yang disebut dengan jungkit

                                   

H.    Makanan Khas Suku Batak

Lapet atau juga akrab disebut ombus-ombus yang artinya masih tetap hangat, adalah makanan khas Suku Batak yang berasal dari daerah Siborong-Borong. Bahan dasar lapet adalah itak yang merupakan beras yang dihaluskan secara manual dengan peralatan seadanya yang masih sangat tradisional. Setelah itak sudah benar-benar halus, itak tersebut diadon dengan kelapa muda, gula pasir, dan terkadang gula aren. Adonan tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang sebelum akhirnya dikukus.

Rasa lapet tentu saja menjadi manis bercampur gurih karena dipadukan dengan kelapa muda dan gula. Terdapat legenda suku Batak yang mengatakan bahwa lapet yang paling enak adalah lapet yang dimasak oleh wanita bermarga Sihombing. Terlepas

 

I.       Rumah Adat Suku Batak

Kebanyakan rumah tradisional yang ada di Nusantara kita ini tidak hanya sekedar sebagai tempat tinggal tapi juga sebagai media atau simbolisasi perwujutan dari filosofi atau adat budaya yang berlaku pada daerah atau suku-suku yang ada di bumi Indonesia ini. Kita sebagai bangsa yang besar sudah sewajarnya bangga akan kekayaan budaya kita dan sewajarnya pula kita sebagai penerus bangsa melestarikannya dan selalu mengabadikannya untuk anak cucu kita nanti, dan mengenalkan kepada mereka identitas kita sebagai negara yang besar. Kali ini kita membahas rumah adat suku Batak di Sumatera Utara. Rumah Adat Batak mengandung filosofi pedoman hidup suku Batak.

Dalam kesempatan ini kita akan mengupas nilai flosofi, makna dan sejarah dari rumah adat Batak tersebut sebagai bentuk cagar budaya, yang kita harapkan dapat menjadi sarana pelestarian budaya, agar kelak para generasi penerus kita tidak kehilangan identitas bangsa kita tercinta ini.

Perkampungan suku Batak Toba mengikuti pola berbanjar (kampung), yaitu suatu tata ruang lingkungan dengan komunitas yang utuh dan kuat solidaritasnya. Desa atau kampung pada suku batak disebut lumban/ huta. di setiap masing-masing desa / kampung dilengkapi 2 pintu gerbang (bahal) pada sisi bagian utara dan selatan. Sekeliling kampung dipagar batu setinggi 2 m, yang disebut parik. Di setiap sudut pagar berdiri menara penjagaan yang berfungsi untuk mengintai musuh atau bertahan. Pada sejarah masa lalu, di suku Batak sering sekali peperangan antar kampung.

Oleh karena itu kenapa kampung suku Batak berpagar keliling dan ada menara penjaganya seperti benteng, Huta masih dapat disaksikan di Kabupaten Tapanuli Utara di desa-desa Tomok, Ambarita, Silaen, dan Lumban Nabolon Parbagasan. Desa-desa tersebut merupakan daya tarik wisata budaya yang banyak dikunjungi wisatawan.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.     Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:

a.      Sebagian masyarakat suku batak pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya pada leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka .

b.      Sistem kekerabatan suku dayak yaitu menggunakan sistem kemasyarakatan

 

B.     Saran

Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya yang ada di Negara barat melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari Negara kita adalah budaya suku batak. Tentu bukan hanya budaya suku batak yang ada di negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang belum kita ketahui . Maka dari itu kita harus mengenal budaya kita sendiri mulai memberikan wawasan kepada anak-anak sejak dini agar memahami beragam budaya yang ada di Negeri tercinta ini.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

http://ksupointer. Com/2009/ suku batak/www.samosir.info

http: // ragambudayanusantara.blogspot.com//,  Senin, 25 Agustus 2008

http : //jfchatib.blogspot.com/ 2009/03/ arsitektur-traditional-batak.html, KAMIS 26 MARET 2009

\http://habatakon01..com/

 

1 komentar: