KATA
PENGANTAR
Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa yang
telah memberikan nikmat kepada kami sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul “kebudayan Suku Dayak” ini dengan baik guna melengkapi dan memenuhi
tugas mata pelajaran IPS.
Dengan rasa bangga pula kami sajikan makalah
ini dengan semaksimal mungkin agar dalam penyajian makalah ini benar-benar
memuaskan, cukup memadai, mudah dipahami, dan ada manfaat.
Walaupun demikian kami memaklumi bahwa
makalah yang kami sajikan belum sempurna. Meski saya telah berusaha semaksimal mungkin, saya
berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan akan menambah pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah Tugas Masa Orientasi
Siswa ini kami berpedoman pada teori yang dipelajari disekolah. kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
kepada kami dalam penyusunan tugas Masa Orientasi Siswa,
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, dan atas segala kekurangannya kami mohon saran dan kritik yang dapat
memperbaiki pembuatan makalah lainnya.
Indonesia,…………………
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah
Suku Dayak
B. Letak Geografi Suku Dayak
C. Bahasa Suku Dayak
D. Sistem Kekerabatan Suku Dayak
E. Sistem Kepercayaan Suku Dayak
F.
Kesenian Suku Dayak
G.
Makanan Khas Suku Dayak
I.
Pakaian Adat Dayak
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun
geografis yang begitu beragam dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau yang
ada di wilayah Negara kesatuan republik indonesia
(NKRI) sekitar 13.000 pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah
lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200
bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama
dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu,
Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran kepercayaan.
Kebudayaan
adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan
tersebut untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah
dengan menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain sebagainya.
Dalam hal ini suku Dayak Kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya,
sehingga kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang
pencipta yang dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan.
Sebagai
bukti ragam budaya Indonesia yaitu tradisi Tiwah sebagai salah satu kebudayaan
masyarakat Dayak Ngaju Propinsi Kalimantan Tengah yangpada mulanya sebuah
tradisi kepercayaan masyarakat Kaharingan. Berbagaimacam prosesi yang
terjadi pada acara tersebut, diantaranya: Ngayau (penggalkepala), ritual Tabuh
(tidak tidur selama dua malam dengan diselingi minum.
Dari uraian di atas kami tertarik untuk membuat makalah
yang terkait lebih dengan mengambil judul "Kebudayaan
Suku Dayak".
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dan mengacu pada judul
yang ada, kami merumuskan masalah dalam penulisan makalah adalah ini sebagai berikut :
1.
Mengapa masyarakat suku
Dayak memiliki kepercayaan yang tinggi ?
2.
Bagai mana system
kekerabatan suku dayak ?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Secara umum penelitian ini
berusaha mengungkap prosesi tiwah dalam perspektif hukum Islam dan Hukum
Negara. Sedangkan secara rincinya sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui kebudayaan
suku dayak.
2.
Untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran IPS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Suku Dayak
Suku
Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di
pedalaman, gunung, dan sebagainya. Kata
Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke
Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang
berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal
menyerah atau pantang mundur.
Pada
tahun 1977-1978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian
nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia
mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan
yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku
Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun
setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka
makin lama makin mundur ke dalam.
Belum
lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan
Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup
terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama,
mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian
mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri
atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.
Suku
Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak,
sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai
yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 . Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar,
sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat
pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang
Melayu sekitar tahun 1608 .
Sebagian
besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang
Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar.
Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk
ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi,
Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak
pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian
Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah
Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
Tidak
hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa
Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan
bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin.
Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada
era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.
Kedatangan
bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak
memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang,
terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak
seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.
Sejak
awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan.
Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan
(termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada
tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan
Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang
Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa
tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah
seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)
B. Letak Geografi Suku Dayak
Antara
daratan Asia dan Australia terletak Nusa Tenggara Indonesia termasuk pulau
Borneo yang oleh orang Indonesia dinamakan Kalimantan.
Nama Borneo mungkin berasal dari nama Brunei dan
sering digunakan untuk menamai seluruh pulau sedangkan nama Kalimantan mungkin
berasal dari keadaan pulau yang punya banyak kali, banyak mas, dan
banyak intan, sehingga menjadi Kalimantan. Menurut beberapa pihak lain
mungkin nama Kalimantan berasal dari nama Lamanta.
Lamanta adalah sagu dari pohon yang baru ditebang, yang masih
mentah. Pada umumnya nama Kalimantan digunakan
untuk bagian geografis tanah di bawah pemerintahan Indonesia dan West Malaysia
atau nama Borneo untuk bagian di bawah pemerintahan Malaysia.
C. Bahasa Suku Dayak
Dayak
Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan
perbedaan kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya.
Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai
dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah :
orang Dayak Kanayatn yang mendiami wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa
ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa behe, padakng bekambai, dan bahasa moro.
Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam
bahasa satolo-ngelampa', songga batukng-ngalampa' dan angkabakng-ngabukit.
selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan
percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
Banyak
Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan
bahasa yang dipakai oleh para generasi tua. Dalam komunikasi
saat ini, banyak kosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian
"di-Dayak-kan". Misalnya ialah :bahasa
ahe asli : Lea ,bahasa indonesia : seperti ,bahasa ahe
sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai sekarang oleh generasi muda mudah
dimengerti karena mirip dengan bahasa indonesia atau melayu.
D. Sistem Kekerabatan Suku Dayak
Sistem
pertalian darah suku Dayak Kanayatn menggunakan sistem bilineal/parental (ayah
dan ibu). Dalam mengurai hubungan
kekerabatan, seorang anak dapat mengikuti jalur ayah maupun ibu. Hubungan kekerabatan terputus pada sepupu delapan kali. Hubungan kekerabatan ini penting karena hubungan ini menjadi
tinjauan terutama pada perkara perkawinan. Mungkin hal
ini dimaksudkan agar tidak merusak keturunan.
E. Sistem Kepercayaan Suku Dayak
Masyarakat Dayak memiliki keyakinan tentang
wujud tertinggi dimana segala kekuatan yang ada di jagad raya berasal dari Yang
Tunggal. Wujud tertinggi itu menguasai manusia, dewa, roh halus, dan roh
leluhur. Dewa dan roh halus diberi tugas untuk menjaga dan menguasai
suatu tempat tertentu dalam dunia ini, sehingga untuk mewujudkan keyakinan
tersebut, orang Dayak senantiasa melakukan hubungan religius dengan Jubata, roh
leluhur, dan roh halus yang banyak memberikan pertolongan dalam kehidupan
mereka.
Sistem kepercayaan atau agama asli bagi
masyarakat Dayak Kanayatn tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai kehidupan
mereka. Kepribadian,
tingkah laku, sikap, perbuatan dan kegiatan sosial sehari-hari dibimbing,
didukung, dan dihubungkan tidak saja dengan sistem kepercayaan dan ajaran
agama, tetapi juga dengan nilai budaya dan etnisitas. Kompleksitas kepercayaan tersebut
berhubungan erat dengan tradisi dalam masyarakat yang mengandung dua hal
prinsip, yaitu (1) unsur kepercayaan nenek moyang yang menekankan pada
pemujaan, dan (2) kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa dengan kekuasaan
tertingginya sebagai kausa prima dari kehidupan manusia.1. Sistem
kepercayaan seperti ini mengandung emosi religius yang merupakan unsur kesatuan
dan memerlukan penegasan yang direalisasikan dalam bentuk upacara tersebut.
Kebanyakan orang Dayak tidak mengabdi kepada
Tuhan Yang Maha Esa (zaman dulu-penulis), namun sikap keyakinannya tidak dapat
dikategorikan dalam animisme, sebab agama justru berkembang dari asumsi dasar bahwa di dalam alam
terdapat daya hidup atau kekuatan hidup dalam benda-benda tertentu atau
gejala-gejala alam, seperti sungai yang mengalir deras dan bergemuruh, gunung
yang tinggi, pohon besar, matahari yang bersinar terang, kilat dan petir yang
menyambar dahsyat.
Daya hidup atau kekuatan penghidup itulah
yang dinamakan roh. Roh itu kemudian dihubungkan dengan benda-benda dan kemudian
dipuja. Alam dipandang sebagai suatu kekuatan yang
mengerikan, sekaligus mempesonakan. Keindahannya bukan
pertama yang diperhatikan, melainkan kedahsyatan dan kekuasaan tertinggi yang
terkandung dalam fenomena alam tersebut.
F. Kesenian Suku Dayak
Bentuk kesenian suku Dayak tidak bisa dilepaskan dari sejarah sosiologisnya. Berawal dari
masyarakat primitif yang menganut animisme-dinamisme, kebudayaan suku ini berakulturasi dengan kebudayaan kaum
pendatang seperti Jawa dan Tionghoa.
Agama yang dianggap lahir dari budaya
setempat adalah Kaharingan. Pengaruh kuat agama Hindu dalam proses akulturasi ini menyebabkan
Kaharingan dikategorikan ke dalam cabang agama tersebut. Dalam
perkembangan berikutnya, ada akulturasi budaya Islam pengaruh Kesultanan Banjar
di pusat kebudayaan suku Dayak.
Meskipun begitu, sebagian masyarakat Dayak tergolong teguh memegang kepercayaan
dinamismenya. Untuk kelompok ini, sebagian besar memutuskan untuk memisahkan diri
dan masuk semakin jauh ke pedalaman.
Macam-macam Kesenian Suku Dayak
Kebudayaan suku Dayak yang khas
membentuk estetika yang tercermin dalam budaya dan keseniannya, meliputi seni
tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
1.
Tari Gantar
Tarian yang
menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk
sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan
wadahnya.
Tarian ini cukup
terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara
lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal
oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari
Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2.
Tari Kancet Papatai / Tari
Perang
Tarian ini menceritakan
tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan
tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh
pekikan si penari.
Dalam tari Kancet
Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi
dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini
diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
3.
Tari Kancet Ledo / Tari
Gong
Jika Tari Kancet Pepatay
menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari
Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi
yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.
Tari ini dibawakan oleh
seorang wanita dengan memakai pakaian Tari Kancet Ledo tradisional suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang
rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas
sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.
4.
Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan
sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah
karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan
merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya
seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulubulu
burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan
berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai.
Tarian ini lebih
ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap
bertengger di dahan pohon. Posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak
mempergunakan gong dan bulubulu burung Enggang dan juga si penari banyak
mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh
lantai. Tarian ini lebih
ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap
bertengger di dahan pohon.
5.
Tari Leleng
Tarian ini menceritakan
seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh
orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri
kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi
nyanyian lagu Leleng.
6.
Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan
dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan
daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat
hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang.
Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama
perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang
banyak.
7.
Tari Hudoq Kita'
Tarian dari suku Dayak
Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan
Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan
rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik.
Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada
kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita'
menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung,
sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan
ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni
yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan
ornamen Dayak Kenyah.
8.
Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq
ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit
anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai
(sejenis seruling bambu).
9.
Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo
bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan
lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada
acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan
tarian suku Dayak Benuaq.
10. Tari
Kuyang
Sebuah tarian Belian
dari suku Dayak Benuaq untuk Tari Hudoq Tari Belian Bawo mengusir hantu-hantu
yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia
atau orang yang menebang pohon tersebut.
11. Tari
Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan
perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab.
Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu
bertahun-tahun.
12. Tari
Datun
Tarian ini merupakan
tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga
20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala
suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur
dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke
segenap daerah suku Dayak Kenyah.
13. Tari
Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah
tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini
mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur
dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.
14. Tari
Baraga' Bagantar
Awalnya Baraga' Bagantar
adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun
Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak
Benuaq.
Seni Musik
Tidak jauh beda dengan seni tari,
seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat
berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh.
Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah
prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire,
klentangan, dan lain-lain. Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya
musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan
lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’.
Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian,
atau sindiran.
Berikut adalah beberapa kesenian
musik suku Dayak
1.
Ngendau
Ngendau ialah senda gurau yang
dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan
secara bersaut-sautan.
2.
Kalalai-lalai
Kalalai-lalai ialah nyanyian yang
disertai tari-tarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.
3.
Natum
Natum ialah kisah sejarah masa lalu
yang dilagukan.
4.
Natum Pangpangal
Natum Pangpangal ialah ratap tangis
kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.
5.
Dodoi
Dodoi ialah nyanyian ketika sedang
berkayuh diperahu atau dirakit.
6.
Dondong
Dondong ialah nyanyian pada saat menanam
padi dan memotong padi.
7.
Marung
Marung ialah nyanyian pada saat
upacara atau pesta besar dan meriah.
8.
Ngandan
Ngandan ialah nyanyian yang
dinyanyikan oleh para lanjut usia yang ditujukan kepada generasi muda sebagai
pujian, sanjungan dan rasa kasih sayang.
9.
Mansana Bandar
Mansana artinya cerita epik yang
dilagukan. Bandar ialah nama seorang tokoh yang sangat dipuja dizamannya.
Bandar hidup di zaman lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya
sekedar mitos. Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh
Bandar. Keharuman namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan
menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya.
Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar ini, namun
dengan versi yang berbeda-beda.
10. Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi
suara musik sebagai pemujaan kepada Ranying Hatala. Dapat juga diadakan pada saat upacara pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut kedatangan tamu yang sangat
dihormati.
11. Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.
12. Kandan
Kandan ialah pantun yang dilagukan
dan dilantunkan saut menyaut baik oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu
pesta perkawinan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut tamu yang
dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian,
sanjungan, doa dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi
ini biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan
Murung, Kabupaten Barito Hulu.
13. Dedeo atau Ngaloak
Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya
saja yangberbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak
DusunTengah didaerah Barito Tengah,
Kalimantan Tengah.
14. Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang
biasa diadakan pada pesta pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat untuk dilaksanakan. Salengot khusus
dilakukan oleh laki-laki dalam menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua
mempelai tersebut.
Alat musik yang biasa terdapat di
dalam kebudayaan Suku Dayak adalah sebagai berikut :
1.
Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari
tembaga.
2.
Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.
3.
Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi
Salung terbuat dari bambu.
4.
Kangkanung
Kangkanung
ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah lima
biji, terbuat dari tembaga.
5.
Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik
perkusi sejenis gendang dengan ukuran setengah sampai tiga per empat meter.
Bentuki silinder yang tewrbuat dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup
kulit rusa yang telah di keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan
lebih kencang lagi diberi pasak.
Seni Drama
Drama tradisional ditemukan pada
masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan
dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk
pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.
Seni Rupa
Seni rupa Dayak terlihat pada seni
pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak
mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada
macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.
Patung azimat yang dianggap
berkhasiat mengobati penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat
Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat
pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat),
anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan
lain-lain. Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara
yang layak dibanggakan.
G. Makanan Khas Suku Dayak
Juhu Kujang Makanan Khas Suku Dayak - Sebagai sebuah suku yang memiliki
sumber daya alam yang melimpah, makanan khas dayak sangat
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang tersedia di sekitar hutan. Beberapa
makananDayak tradisional yang masih menggunakan bahan tradisional seperti: sayur
rotan muda (juhu singkah) dan juhu kujang ( gulai keladi). Untuk itu sekarang saya akan
coba hadirkan juhu kujang sebagai salah satu makanan khas dayak.
Juhu
kujang adalah makanan yang berbahan dasar keladi, Gulai keladi diberi
santan. Terkadang
keladi bila dimasak terasa gatal, maka untuk menghilangkannya keladi
dibersihkan, direbus dengan diberi garam secukupnya hingga
mendidih dan kemudian airnya dibuang. Setelah itu ikan yang telah
dicampur bumbu-bumbu, santan kelapa, keladi, ditambahkan daun nangka muda yang
telah dipotong kecil-kecil tujuh lembar lalu diletakkan di atas api hingga matang. Apabila daun nangka
muda tidak ada, penghilang gatal dapat diganti kerak nasi.
Suku
terbesar di Indonesia yaitu suku Dayak, suku yang menempati pulau terbesar di
Indonesia ini. Suku Asli pulau Kalimantan ini mempunyai adat dan budaya kental dan
khas dan cukup terkenal di dunia.
Salah satu budaya
suku dayak bisa kita lihat dari karya seni mulai
ukiran sampai motif dayak, nah kali ini kita membahas tentang arsitektur
bangunan Rumah Betang.
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat
di berbagai penjuru Kalimantan.
Suku
Dayak hidupnya berkelompok, membentuk koloni dari anggota keluarga mereka. Dengan gaya hidup
berkelompok tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan besar dari rumah mereka.
Perkampungan suku dayak tersebar pada daerah hulu sungai,
dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan
berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti bekerja ke ladang dimana
ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan
aktifitas perdagangan hasil kebun.
Bentuk
dan besar rumah Betang ini bervariasi, itu tergantung seberaba besar dan banyak
keluarga mereka.
Kaluarga besar suku Dayak biasanya tinggal dalam satu atap / satu rumah,
oleh karena itu ada rumah Betang yang bisa mempunyai panjang mencapai 150 meter
dan lebar hingga 30 meter bahkan ada yang lebih. Umumnya rumah Betang di bangun
dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima
meter dari permukaan tanah. tujuan dari rumah panggung
tersebut untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim penghujan karena
sering sungai meluap dan terjadii di daerah-daerah hulu sungai di Kalimantan.
Beberapa
unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah
tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Mereka hidup bersama dan berkelompok dalam
satu rumah secara turun menurun, setiap rumah tangga (keluarga) menempati satu
bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di
samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang
dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini
disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.
Rumah adat suku Dayak ini masih dapat kita temui di pedalaman
Kalimantan hingga kini.
I. Pakaian Adat Dayak
Pakaian
adat untuk wanita disebut Ta a dan pakaian untuk pria disebut sapei sapaq. Biasanya pakaian adat itu
mereka kenakan saat acara besar dan untuk menyambut tamu agung.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:
1.
Sebagian masyarakat suku
dayak pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat
menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya pada
leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib
dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada
bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka .
2.
Sistem kekerabatan suku
dayak yaitu menggunakan system parental ( ayah dan ibu)
B. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu
mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya yang ada di Negara barat
melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari Negara kita adalah
budaya suku dayak . Tentu bukan hanya budaya dayak
yang ada di negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang belum
kita ketahui . Maka dari itu kita
harus mengenal budaya kita sendiri mulai memberikan wawasan kepada anak-anak
sejak dini agar memahami beragam budaya yang ada di Negeri tercinta ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia
.org/wiki/Suku_Dayak_Bakumpai
http://protomalayans.blogspot.com/2012/06/suku-dayak-bakumpai.html
http://www.anneahira.com/suku-sakai.htm
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2288/the-sakai-traditional-marriage-ceremony
http://www.wisatamelayu.com/id/news/11975-Suku-Sakai-Diminta-Lestarikan-Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar